rss

Kamis, 11 Februari 2010

APLIKASI ISOTOP UNTUK EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI PANAS BUMI

Aplikasi isotop untuk eksplorasi dan eksploitasi panas bumi dengan menggunakan metode isotop alam (stabil dan radioaktif), isotop buatan (sebagai tracer/perunut), hidro-kimia dan fisik sebagai alat untuk mengungkap berbagai permasalahan yang menyangkut pemanfaatan sumberdaya alam yang optimal bagi kehidupan manusia. a.l. Zat kimia (gas) dieksploitasi melalui isotop, kemudian dikalkulasi, yang akhirnya bahan ini akan digunakan oleh PLT Geothermal (PLT Panas Bumi).

Dr. Zainal Abidin, Kepala Pusat Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), mengungkapkan Teknik Isotop dalam pengembangan lapangan panas bumi, dapat berperan mulai saat tingkat eksplorasi hingga pada tingkat produksi fluida. Pada Prinsipnya teknik isotop dalam pengembangan lapangan panas bumi berfungsi sebagai tracer perunut untuk berbagai keperluan eksplorasi dan eksploitasi. Ada dua jenis isotop yang digunakan untuk hal tersebut yaitu Isotop alam (O-18 dan D) isotop radioaktif buatan (Tritium, I-125 dll). Isotop alam O-18 dan D merupakan isotop non radioaktif yang ada di alam sejak bumi ini diciptakan dan berada dalam bentuk senyawa antara lain HDO, H2O18 , H2SO18O3 (H@SO4) dll. Dalam penelitian eksplorasi panas bumi Isotop alam O18 dan D dimanfaatkan untuk mengetahui asal-usul fluida, perkiraan suhu reservoir dan maturity of water.

Zainal menjelaskan, Indonesia secara global tektonik terletak pada daerah interaksi antara tiga lempengan crustal , yaitu lempengan Euroasia, India-Australia dan Pasifik. Zona subduksi antara dua lempengan (Euroasia dan India-Australia) memanjang dari pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusatenggara menjadikan Indonesia menjadi daerah vulkanik. Daerah gunung api mempunyai efek positif terhadap potensi menghasilkan daerah panas bumi. Bedasarkan penelitian eksplorasi, Indonesia mempunyai potensi panasbumi sebesar 27.000 Mwe.

Menurut Zainal, penentuan asal-usul fluida dalam sistem panas bumi merupakan hal yang utama untuk mengetahui apakah fluida panas bumi berasal dari air meteorik (air hujan) atau mengandung air magmatic. Apabila fluida panasbumi mengandung air magmatic maka eksplorasi panasbumi tidak akan dilanjutkan karena manifestasi tersebut masih bersifat vulkanik dan mempunyai konsekuensi terhadap bahaya vulkanink. Isotop alam juga dapat dimanfaatkan untuk menentukan /estimasi suhu reservoir melalui teknik kesetimbangan isotope exchange dari isotop O18 dalam senyawa air dan ion sulfat. Maturity fluida menggambarkan parent fluid atau fluida reservoir dan mempunyai suhu tinggi tidak mengalami proses percampuran (diluting) dengan air tanah dangkal. Kandungan isotop alam menggambarkan dengan jelas sifat maturity fluida dengan tingkat isotop shift yang cukup tinggi. 

Zainal menuturkan, Energi panas bumi adalah energi yang diambil melalui sumur bor hingga mencapai reservoir, mengandung air meteorik yang telah terpanaskan oleh intrusi magma melalui sistem konveksi-konduksi dimana suhu reservoir yang laying di eksploitasi berkisar antara 200 – 300ºC. Pada saat ini Indonesia telah menghasilkan PLTP (Pembangkit istrik Tenaga Panas bumi) sekitar 1100 Mwe, diantaranya adalah Kamojang 200 MWe, Dieng 60 MWe, Salak 350 MWe, Wayang Windu 300 Mwe, Lahendong 60 MWe, Sibayang 10 MWe dan Darajat 110 MWe.

Zainal menegaskan, Teknik isotop pada eksploitasi panas bumi dalam produksi uap mempunyai peranan sangat penting untuk digunakan sebagai tracer guna mengetahui interkoneksi antara sumur injeksi dan sumur produksi (net working inter wells) dalam rangka mengetahui efek sumur reinjeksi terhadap performance reservoir dan produksi uap. Sumur injeksi dalam sistem panasbumi merupakan bahagian yang sangat penting yang mempunyai peranan multi guna dalam rangka renewable resources dan untuk waste water.(gs-adpkipt)


Bagikan

0 comments:


Posting Komentar

SAHABAT@1NDOTECH

1NDOTECH BLOG LIST

alexa