[Unpad.ac.id, 01/10/2012] Buah dan biji pala (Myristica fragrans Hout) sudah terkenal sejak dahulu memiliki berbagai macam khasiat dan kegunaan, baik sebagai bumbu masakan hinga obat alami untuk berbagai macam penyakit.
Bahkan buah dan biji pala telah dikenal manfaatnya sejak jaman Romawi. Di Indonesia selama ini buah dan biji pala lebih dikenal sebagai bumbu masakan atau bahan panganan seperti manisan. Padahal, biji pala mengandung agonis ganda PPAR alfa dan PPAR gamma, yang bermanfaat untuk penyakit diabetes.
Apakah orang penderita diabetes harus mengkonsumsi pala? “Boleh, tapi jauh lebih baik konsumsi pala untuk orang diabetes harus melalui proses-proses ekstraksi. Dan akan lebih mudah lagi kalau dikonsumsi dalam bentuk tablet. Karena dalam buah bala terdapat zat myritisin dan safrol yang menyebabkan kantuk. Untuk itu zat myritisin dan safrol harus dibuang, diperlukan teknik ekstraksi secara farmasi untuk memisahkan zat tersebut,” ungkap Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt., dosen Fakultas Farmasi Unpad yang berhasil membuat obat antidiabetes yang terbuat dari ekstrak biji pala.
Dr. Keri saat ditemui di ruang kerjanya di Fakultas Farmasi Lantai 3 kampus Unpad Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor, Jumat (28/09) lalu mengatakan, dalam uji fase 1 dengan mengunakan tablet ekstra pala yang sudah dibuang myritisin dan safrol, efek mengantuknya hilang, dan justru yang ada vitalitas lebih baik dan jauh lebih segar untuk orang yang sehat. Sedangkan untuk orang yang menderita diabetes menujukkan parameter perbaikan terhadap kadar gula dalam tubuh. Kadarnya membaik meskipun hasil persentasinya berbeda-beda.
“Pengobatan untuk penderita diabetes melalui tablet ekstrak biji pala itu tergantung dari variasi individunya, terutama dalam menjaga pola makan dan pola hidup, karena dalam penatalaksanaan diabetes ini ada dua pilar, yaitu terapi nonfarmakologis, dan terapi farmakologis,” lanjutnya.
Keberhasilan Dr. Keri membuat obat antidiabetes yang terbuat dari ekstrak biji pala ini merupakan perjuangan panjang yang ia mulai sejak tahun 2008 ketika ia mengambil studi S-2.
Mengetahui khasiat buah dan biji pala bisa mengobati diabetes, apalagi berada dalam lingkungan keluarga yang menderita diabetes, membuatnya makin termotivasi.
“Memang saya konsisten semenjak studi S-1 juga sudah mengenai diabetes. Awalnya cuma pengen memberikan treatment buat keluarga.
Dari sana timbul keinginantahuan terhadap biji pala. Pada tahun tersebut saya bekerjasama atau joint research dengan Yonsei University Korea, dan ditemukan aktivitas ekstrak biji pala sebagai agonis ganda PPAR alfa dan PPAR gamma. Dari hasil penemuannya tersebut diketahui biji pala berpotensi untuk penyakit diabetes. Sehingga mulailah penelitian terhadap biji pala untuk dibuatkan obat antidiabetes,” jelasnya.
Dari hasil penelitiannya tersebut, pada tahun 2010 Dr. Keri mendapatkan Hak Paten atas pembuatan dan penggunaan ekstrak biji pala sebagai anti hiperglikemik, untuk obat antidiabetes pada pasien diabetes tipe 2 (P00201000179). Tidak berhenti sampai disitu saja, penelitian terhadap buah dan biji pala pun berlanjut hingga Dr. Keri melanjutkan studi S-3.
Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2011 dilakukan uji toksisitas sub kronik dan modifikasi ekstrasi dan formulasi. Selanjutnya, pada tahun 2012 dihasilkan ekstrak biji pala yang bebas myritisin dan safrol. Hingga akhirnya pada bulan April tahun 2012 ini Dr. Keri mendapatkan Hak Paten atas sedian bahan untuk obat anti dislipidemik menggunakan ekstrak biji pala (Myristica fragrans .Hout) dan metode pembuatannya (P00201100949).
Saat ini Dr. Keri terus mengembangkan teknologi formulasi sediaan yang tepat serta melakukan uji preklinik dan uji klinik untuk mengetaui aktivitas ekstrak setelah di formulasi, sehingga formula tersebut akan tetap stabil sampai ke tangan konsumen. Sedangkan untuk manufaktur sediaan ekstrak biji pala sebagai neutraseuticael dan antidislipidemik, ia telah bekerja sama dengan PT Kimia Farma Tbk.*
Laporan oleh : Purnomo Sidik/mar
(Sumber)
0 comments:
Posting Komentar