JAKARTA - Meskipun teknologi dalam bidang kedokteran sudah sangat maju, penggunaan tumbuh-tumbuhan yang menjadi bahan baku obat tradisional pun terus digalakkan. Sebab, ternyata tanaman memiliki berbagai khasiat yang mungkin tidak ditemukan sebelumnya.
Berdasarkan salah satu penelitian yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM), tanaman sambiloto (Andrographis paniculata) merupakan untuk obat herbal mengobati penyakit diabetes melitus.
Menurut salah satu anggota tim peneliti Agung Endro Nugroho, dari hasil percobaanya yang dilakukan pada mencit diketahui daun sambiloto mengandung beragam zat yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit tersebut
Salah satunya, lanjut Agung, adalah andrografolid. “Andrografolid dengan komponen fitokimia utama mampu menurunkan kadar glukosa darah dan ekspresi GLUT-4 pada tikus DM tipe 1,” tutur Agung, seperti dikutip dari situs UGM, Senin (10/12/2012).
Meski penelitian ini baru dilakukan pada tikus, Dosen Fakultas Farmasi UGM itu menyatakan, pemberian isolat Andrografolid atau ekstrak herba Sambiloto terpurifikasi selama lima hari menunjukkan aktivitas hipoglikemik yang poten pada tikus Diabetes Mellitus dengan Resistensi Insulin. “Keduanya juga poten menurunkan kadar LDL dan trigliserida, namun tidak berefek terhadap kadar kolesterol dan berat badan tikus,” ungkapnya.
Kombinasi antara ekstrak terpurifikasi dengan metformin menunjukkan aktivitas anti DM lebih rendah dibandingan penggunaan tunggalnya. Hal menarik dari temuan ini, Andrografolid dan ekstrak sambiloto menurunkan kadar glukosa darah pada tikus DM tipe 2 resistensi insulin melalui peningkatan ekspresi protein GLUT4 pada jaringan otot.
Kombinasi antara ekstrak terpurifikasi dengan metformin menunjukkan aktivitas anti DM lebih rendah dibandingan penggunaan tunggalnya. Hal menarik dari temuan ini, Andrografolid dan ekstrak sambiloto menurunkan kadar glukosa darah pada tikus DM tipe 2 resistensi insulin melalui peningkatan ekspresi protein GLUT4 pada jaringan otot.
Dalam kesempatan tersebut Agung juga menyampaikan, temuan obat baru dari kekayaan biodiversitas yang dimiliki Indonesia potensinya cukup besar. Pasalnya, biodiversitas Indonesia masuk urutan nomor dua di dunia setelah Brazil.
"Namun, sebagian besar (lebih dari 90 persen) obat dan material bahan baku masih impor. Hanya 300-an spesies yang dimanfaatkan sebagai bagian dari obat,” imbuh Agung.
Wakil Rekor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM Suratman menambahkan, kegiatan riset industri UGM merupakan implementasi konsep pentahelix yang merupakan pengembangan dari konsep triple-helix berupa academic, business-government yang ditambahkan dua elemen lainnya yakni lembaga pembiayaan dan lembaga pembangunan atau masyarakat profesional. “Tanpa dukungan dari pembiayaan yang berkesinambungan serta keahlian yang sesuai maka hasil penelitian tidak akan sampai kepada penggunanya secara tepat dan menyeluruh,” ujar Suparman.
Suratman menambahkan, para peneliti di lingkungan UGM diarahkan mampu memberi nilai tambah positif terhadap peran kelembagaan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga pendidikan pusat inovasi. Termasuk hasil riset industri untuk dapat dimanfaatkan untuk pembangunan kesejahteraan masyarakat secara luas melalui aplikasi riset dunia industri.
(mrg)
(Sumber)
0 comments:
Posting Komentar