SURYA Online, SURABAYA - Dua mahasiswa ITS, Raden Aditya Brahmana dan Maranu Toto Negoro, keduanya mahasiswa semester 3 Teknik Informatika, meraih juara II kontes TI yang digelar Kementrian Pendidikan Bidang TI Korea Selatan.
Lomba yang mereka ikuti, adalah E-Learning International Contest of Outstanding New Ages (e-ICON) World Contest di Incheon dan Seoul, Korea Selatan, 9 - 13 September 2012.
"Semula saya iseng saja mencari info di internet. Ternyata ada lomba TI di Korsel, bahkan panitia menanggung akomodasi dan penginapan. Akhirnya kita coba ikut," ucap Toto, Senin (17/9/2012).
Kedua mahasiswa pintar itu, merupakan satu-satunya perwakilan dari Indonesia.
Padahal, lomba itu sendiri diikuti 96 mahasiswa yang tergabung dalam 20 berasal dari 18 negara. Materi lomba adalah menantang peserta menciptakan program atau aplikasi yang bisa memberikan solusi, untuk memanfaatkan teknologi untuk bidang edukasi dengan waktu cuma tiga hari.
Toto dan Aditya lalu memutuskan mengambil e-learning untuk pembelajaran iklim dan cuaca (bencana). Tema ini diambil menyusul terjadinya bencana alam Typhoon atau angin topan di Korsel, yang terjadi seminggu sebelum lomba digelar. Karuan saja, tema ini menarik perhatian juri para pakar IT dunia. Sebab, dalam progrm ini Toto dan Aditya memberikan tips menghadapi bencana.
Program ini juga bisa menjadi langkah edukasi, karena bisa mengetahui cara mengetahui arah datangnya Typhoon. "Kami ciptakan program ini juga untuk membantu masyarakat lebih fokus belajar tentang hal yang terkait kearifan lokal masing-masing daerah," kata Aditya. Mereka berhak menjadi wakil Indonesia setelah melewati seleksi ketat. Mereka lebih dulu mengirim proposal awal Agustus. Setelah dinyatakan lolos, pemerintah Korea Selatan membiayai semua akomodasi mereka menuju venue perlombaan.
(Sumber)
Padahal, lomba itu sendiri diikuti 96 mahasiswa yang tergabung dalam 20 berasal dari 18 negara. Materi lomba adalah menantang peserta menciptakan program atau aplikasi yang bisa memberikan solusi, untuk memanfaatkan teknologi untuk bidang edukasi dengan waktu cuma tiga hari.
Toto dan Aditya lalu memutuskan mengambil e-learning untuk pembelajaran iklim dan cuaca (bencana). Tema ini diambil menyusul terjadinya bencana alam Typhoon atau angin topan di Korsel, yang terjadi seminggu sebelum lomba digelar. Karuan saja, tema ini menarik perhatian juri para pakar IT dunia. Sebab, dalam progrm ini Toto dan Aditya memberikan tips menghadapi bencana.
Program ini juga bisa menjadi langkah edukasi, karena bisa mengetahui cara mengetahui arah datangnya Typhoon. "Kami ciptakan program ini juga untuk membantu masyarakat lebih fokus belajar tentang hal yang terkait kearifan lokal masing-masing daerah," kata Aditya. Mereka berhak menjadi wakil Indonesia setelah melewati seleksi ketat. Mereka lebih dulu mengirim proposal awal Agustus. Setelah dinyatakan lolos, pemerintah Korea Selatan membiayai semua akomodasi mereka menuju venue perlombaan.
(Sumber)
0 comments:
Posting Komentar