SEMARANG - Pelajar Indonesia kembali mengukir prestasi di kancah internasional. Dua siswa SMAN 3 Semarang, Jawa Tengah, Zihrama Afdi dan Hermawan Maulana, mengharumkan nama bangsa dalam ajang International Exhibition for Young Inventors (IEYI) di Bangkok, Thailand, 28–30 Juni 2012. Mereka menyabet medali emas melalui alat yang mereka ciptakan, Thunder Box (T-Box), yang berfungsi untuk mengurai asap rokok.
Melalui alat tersebut, kandungan-kandungan atau zat berbahaya dalam asap rokok dapat direduksi. Alat ini dapat difungsikan di ruang khusus untuk merokok (smoking room). Zihrama Afdi menuturkan, T-Box mampu menyerap gas karbondioksida (CO2) yang ada pada smoking room, kemudian menguraikannya menjadi karbon dan oksigen. Dari hasil penguraian tersebut, untuk karbonnya dapat dimanfaatkan lagi, sedangkan oksigen yang dihasilkan dapat dialirkan kembali ke dalam smoking room. "Sehingga dapat membuat udara di dalam ruangan tetap segar,' ujarnya di Semarang kemarin.
Ide pembuatan T-Box diperoleh dari pengamatan sederhana. Kedua siswa tersebut melihat banyak perokok yang enggan menggunakan smoking room, tetapi lebih memilih merokok di tempat umum. Dari pengamatan diketahui, para perokok tidak memanfaatkan smoking room lantaran kondisi ruangan itu yang kurang nyaman. Selain sempit, asap rokok di dalam smoking room yang tidak terurai membuat ruangan itu penuh asap.
"Akhirnya mereka kan enggan merokok di dalam smoking room dan kembali ke tempat umum sehingga asapnya justru mengganggu masyarakat lain yang bukan perokok. Agar para perokok tetap nyaman di dalam smoking room dan tidak terganggu dengan asap yang mereka hasilkan sendiri, kami mencari jalan lain denganT-Box ini," katanya. Alat yang semula mereka kerjakan pada saat science camp di SMAN 3 Semarang itu kemudian diikutkan pada lomba yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pada lomba tersebut, karya mereka hanya masuk level finalis. Alat itu kemudian mereka perbaharui dengan memperbaiki berbagai kekurangan yang ada. "Oleh pihak LIPI kami kemudian diminta untuk mengikuti ajang IEYI. Mereka beralasan, proyek yang kami miliki sesuai dengan tema lingkungan IEYI. Kami terus menyempurnakan proyek kami dan akhirnya ikut," bebernya. Saat mengikuti IEYI, mereka sempat pesimistis lantaran harus berhadapan dengan tim-tim dari negara-negara lain yang berjumlah 206 tim. Apalagi mereka menghadapi tim dari negara-negara yang sudah terkenal kemajuan teknologinya seperti Jepang. "Namun, setelah kami pikir-pikir, tidak ada gunanya pesimistis, pokoknya percaya diri saja dengan proyek yang sudah kami buat dan ikutkan ini," imbuh Hermawan. Tak disangka, proyek yang mereka ikutkan akhirnya berhasil menyabet emas. Kedua siswa tersebut bertekad terus menyempurnakan T-Box. "Kami juga berharap T-Box ini nanti dapat dipatenkan. Kami berharap dapat terus menuntut pendidikan setinggi-tingginya. Syukur-syukur kami bisa dapat beasiswa," katanya. Kepala SMAN 3 Semarang Hari Waluyo bangga dengan prestasi yang diraih anak didiknya. Dia berharap keduanya dapat memberikan inspirasi kepada siswa-siswa lain di SMAN 3 Semarang untuk menciptakan karya-karya baru yang bermanfaat bagi masyarakat kelak. "Kami mengucapkan selamat kepada kedua siswa kami yang sudah berprestasi tersebut," imbuhnya. Dalam ajang IEYI di Bangkok, Thailand, 28–30 Juni 2012, selain dua siswa SMAN 3 Semarang, emas juga dipersembahkan pelajar dari Jawa Timur. Linus Nara Pradhana, 13, siswa kelas I SMP Kristen Petra, Surabaya, meraih emas dengan temuannya helm berpendingin air (watercoated helmet). Helm yang diberi nama Naravation itu memilik daya serap sekira 21 persen di mana pendinginnya tak perlu diganti asal menggunakan air yang bagus. Di samping itu, helm tersebut menggunakan gel jenis sodium polyacrylateyang memiliki daya resap air cukup tinggi sehingga mampu meminimalkan panas karena terik matahari. Karya Nara, begitu dia biasa disapa, juga telah dipatenkan setahun lalu dengan nomor paten S00E01100236. Saat penjurian, Nara mampu menjelaskan helm ciptaannya menggunakan bahasa Inggris yang fasih. (susilo himawan/yani a/koran si)(//rfa)
(Sumber)
"Akhirnya mereka kan enggan merokok di dalam smoking room dan kembali ke tempat umum sehingga asapnya justru mengganggu masyarakat lain yang bukan perokok. Agar para perokok tetap nyaman di dalam smoking room dan tidak terganggu dengan asap yang mereka hasilkan sendiri, kami mencari jalan lain denganT-Box ini," katanya. Alat yang semula mereka kerjakan pada saat science camp di SMAN 3 Semarang itu kemudian diikutkan pada lomba yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pada lomba tersebut, karya mereka hanya masuk level finalis. Alat itu kemudian mereka perbaharui dengan memperbaiki berbagai kekurangan yang ada. "Oleh pihak LIPI kami kemudian diminta untuk mengikuti ajang IEYI. Mereka beralasan, proyek yang kami miliki sesuai dengan tema lingkungan IEYI. Kami terus menyempurnakan proyek kami dan akhirnya ikut," bebernya. Saat mengikuti IEYI, mereka sempat pesimistis lantaran harus berhadapan dengan tim-tim dari negara-negara lain yang berjumlah 206 tim. Apalagi mereka menghadapi tim dari negara-negara yang sudah terkenal kemajuan teknologinya seperti Jepang. "Namun, setelah kami pikir-pikir, tidak ada gunanya pesimistis, pokoknya percaya diri saja dengan proyek yang sudah kami buat dan ikutkan ini," imbuh Hermawan. Tak disangka, proyek yang mereka ikutkan akhirnya berhasil menyabet emas. Kedua siswa tersebut bertekad terus menyempurnakan T-Box. "Kami juga berharap T-Box ini nanti dapat dipatenkan. Kami berharap dapat terus menuntut pendidikan setinggi-tingginya. Syukur-syukur kami bisa dapat beasiswa," katanya. Kepala SMAN 3 Semarang Hari Waluyo bangga dengan prestasi yang diraih anak didiknya. Dia berharap keduanya dapat memberikan inspirasi kepada siswa-siswa lain di SMAN 3 Semarang untuk menciptakan karya-karya baru yang bermanfaat bagi masyarakat kelak. "Kami mengucapkan selamat kepada kedua siswa kami yang sudah berprestasi tersebut," imbuhnya. Dalam ajang IEYI di Bangkok, Thailand, 28–30 Juni 2012, selain dua siswa SMAN 3 Semarang, emas juga dipersembahkan pelajar dari Jawa Timur. Linus Nara Pradhana, 13, siswa kelas I SMP Kristen Petra, Surabaya, meraih emas dengan temuannya helm berpendingin air (watercoated helmet). Helm yang diberi nama Naravation itu memilik daya serap sekira 21 persen di mana pendinginnya tak perlu diganti asal menggunakan air yang bagus. Di samping itu, helm tersebut menggunakan gel jenis sodium polyacrylateyang memiliki daya resap air cukup tinggi sehingga mampu meminimalkan panas karena terik matahari. Karya Nara, begitu dia biasa disapa, juga telah dipatenkan setahun lalu dengan nomor paten S00E01100236. Saat penjurian, Nara mampu menjelaskan helm ciptaannya menggunakan bahasa Inggris yang fasih. (susilo himawan/yani a/koran si)(//rfa)
(Sumber)
2 comments:
sangat bermanfaat kalo gitu rokok.
kujung balik ke Pasang Iklan
Yamaha R15 dan Yamaha R25 Motor Sport Racing dan Kencang
Review Mobil Proton Indonesia Terbaik
Posting Komentar