rss

Kamis, 23 Februari 2012

Gubes Unsoed Temukan Pestisida Ramah Lingkungan

Oleh Margaret Puspitarini

JAKARTA - Kepedulian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto terhadap lingkungan ditunjukkan lewat penemuan guru besar Unsoed, yakni pengendalian penyakit tanaman melalaui penggunaan pestisida di dunia pertanian. Hasil penelitian Loekas Susanto disebut Bio P60.
Melalui produk ini diharapkan para petani tidak lagi tergantung dengan penggunaan pestisida yang kerap meninggalkan residu atau racun dalam produk pertanian yang dihasilkan serta menimbulkan pencemaran lingkungan. Sehingga produk pertanian Indonesia akan semakin berkualitas dan sehat serta mampu bersaing di era perdagangan bebas. Loekas Soesanto mengungkapkan, penelitian tersebut masih terus dikembangkan. Salah satunya, mengembangkan bentuk Bio P60 agar tidak hanya tersedia dalam cair tapi juga berbentuk padat. Produk ini dihasilkan Loekas setelah penelitian selama 12 tahun. Berawal dari hasil studi S-3 di Belanda, dia terus mengembangkannya di lingkungan tropis. Saat ini, Bio P60 tersebar di berbagai provinsi di Indonesia dan diterapkan oleh para petani di Jawa dengan hasil yang menggembirakan. Rencananya, bersama produk Unsoed lainnya, Bio P60 akan dipamerkan ke Nusa Tenggara Timur (NTT) oleh Deputi Kementerian Riset dan Teknolgi (Kemenristek).



Penggunaan Bio P60 tidak sekadar menekan penyakit tanaman hingga 70-80 persen tetapi juga menyelamatkan lingkungan. Sebagai contoh, para petani kentang di Dataran Tinggi Dieng. Hasil penelitian menunjukkan, pencemaran tidak hanya terjadi pada lahan pertanian tapi berdampak pada petani. Setelah dicoba pada tanaman kentang, Bio P60 dapat membebaskan tanaman kentang selama dua bulan pertama dari penyakit. Padahal biasanya, sebelum berusia dua bulan, tanaman kentang sudah berhadapan dengan penyakit. Selain itu, lahan pertanian yang kritis karena terlalu banyak pestisida akan berangsur-angsur diperbaiki. Tidak hanya tanaman kentang, Bio P60 juga telah diuji coba pada pertanian bawang merah di Gebang, tomat di Kaliangkrik, serta kacang tanah dan cabe di Banyumas. Keunggulan lain produk ini adalah ia tidak sekadar mengendalikan jamur, virus, dan bakteri, namun juga menghasilkan hormon yang merangsang pertumbuhan tanaman. Harga Bio P60 pun ramah bagi kantong petani, yakni Rp30 ribu per liter. Petani dapat menggunakan satu liter Bio P60 untuk dua hektare (ha) lahan. Loekas menyebutkan, dana pengembangan produk ini berasal dari hibah kompetisi. “Pengembangan penelitian ini diawali dari dana hibah kompetisi tiga tahun berturut-turut,” ujar Loekas seperti dikutip dari laman Unsoed, Senin (13/2/2012). Loekas mengungkapkan, penelitian ini diawali pada 2009. Ketika itu, dia meneliti apa yang dihasilkan Pseudomonas fluorescens P60. Ternyata berdasarkan hasil penelitian tersebut, Pseudomonas fluorescens P60 menghasilkan hormon, antibiotik, beberapa enzim, stabil terhadap perubahan, serta tidak berbahaya bagi manusia. “Di tahun ke dua (2010) kami membuat formula dengan berbagai limbah seperti limbah tahu, tapioka, sisa-sisa tanaman, berbagai kotoran, bahkan tikus. Hasilnya cukup potensial,” ujarnya. Di tahun ketiga, Loekas pun mengaplikasikan hasil penelitiannya di lapangan untuk melihat hasil penggunaan Bio P60 sesuai ketinggian tempat, tanaman, dan penyakitnya. “Meskipun hibah kompetisi sudah habis, namun kami masih terus mengembangkan penelitian ini. Saat ini, kami sedang menguji coba Bio P60 untuk tanaman padi di Tinggarjaya,” kata Loekas menjelaskan. Meski demikian, Loekas merasa ragu saat melepas produknya di pasaran, yakni adanya kemungkinan orang lain mengklaim produknya sebab Pseudomonas fluorescens memang bisa ditemukan di mana saja. Untuk mengatasi hal tersebut, dia sudah bekerja sama dengan ahli bioteknologi untuk melihat gen Bio P60 ini sehingga tidak bisa diklaim oleh yang lain sebab gennya pasti berbeda. Dia pun sedang memproses hak paten untuk Bio P60.(mrg)(rhs)

(Sumber)
Bagikan

0 comments:


Posting Komentar

SAHABAT@1NDOTECH

1NDOTECH BLOG LIST

alexa