Mahasiswa ITS siap kembali beraksi di kancah internasional. Tim Sapu Angin dari Jurusan Teknik Mesin ITS disiapkan untuk berkompetisi dalam Shell Eco Maraton Asia 2011. Mereka pun berharap mampu menjadi salah satu yang terbaik dalam kompetisi tersebut. Bagaimana persiapannya?
Jurusan Teknik Mesin, ITS Online - Ditemui di Cafe Mesin, Eko Hardianto, manajer Tim Sapu Angin ditemani bersama Buda Yulia Prastya dan Ahmad Nurdin Arpah. Mereka akan berangkat ke Malaysia tanggal 5 Juli dan berkompetisi pada tanggal 10-14 Juli 2011. Eko mengatakan bahwa dalam perlombaan ini, ITS akan mengirimkan Mobil Sapu Angin 3, 4, dan 5. ''Awalnya ingin empat, tapi dibatasi cuma 3 tim saja,'' ungkap Eko.
Mobil Sapu Angin 3 merupakan revolusi dari Sapu Angin 2 yang sebelumnya diikutkan dalam perlombaan yang sama pada tahun 2010 lalu. Namun ada penataan ulang tentang desain dan improvement ulang pada mesin. Sapu angin 3 ini berbobot 100 kg tanpa driver dengan warna merah putih.
Jika Sapu Angin 2 mampu menempuh jarak 238 km/liternya, maka Sapu Angin 3 ini diharapkan mampu menempuh jarak 300 km/jam. Salah satu yang menyebabkan perbedaan jarak ini adalah perubahan dari sistem bahan bakar berkarburator menjadi menggunakan injeksi. ''Kalau di Sapu Angin 2 ada Paijo Experiment (PEX) sebagai mesin, kali ini kami membuat alat yang mengontrol sistem injeksi. Namanya IQU-TECH. Gampangnya dibaca iki uteke (ini otaknya, Red),'' ungkap Eko sambil setengah tertawa.
Sapu Angin 4 konstruksinya hampir mirip dengan Sapu Angin 3. Bobot bersihnya juga 100 kg. ''Hanya beda warna dan ada hidungnya saja,'' terang mahasiswa angkatan 2007 tersbut. Mobil ini merupakan satu-satunya mobil dari Indonesia yang menggunakan mesin diesel. Peserta lain yang bersala dari Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gajah Mada (UGM), dan Politeknik Negeri Pontianak, semuanya menggunakan mesin bensin. Eko menyebutkan dengan menggunakan mesin diesel, diharapkan power yang dihasilkan lebih besar.
Kemudian yang terakhir adalah Mobil Sapu Angin 5. Berbeda dengan kedua mobil sebelumnya yang masuk dalam kategori Urban Concet (City Car), Sapu Angin 5 ini diikutkan kategori prototype. Bentuknya pun lebih kecil dan futuristic. ''Yang menjadi kebanggaan kami di mobil ini adalah PEX 02 dan iki utekke,'' jelas Eko yang tahun lalu juga ikut Shell Eco Maraton.
Di perlombaan sebelumnya, tim sapu angin hanya menggunakan PEX 01 memakai 1 busi. Sedangkan di mesin terbaru, Paijo Experiment (PEX) telah dikembangkan menjadi PEX 2 yang memiliki dua busi dalam satu silinder. Selain itu, bobot sapu angin 5 ini termasuk yang paling ringan bila dibandingkan dengan mobil sapu angin lainnya. Bobotnya hanya 45 kg saja, tanpa driver. Dengan bobotnya yang ringan tersebut, sapu angin 5 pun optimis dapat menempuh jarak 1500 km/ liter.
Secara keseluruhan, Eko, Buda, dan Nurdin menyebutkan bahwa persiapan Sapu Angin 3 dan 4 sudah mencapai 90 %. Sedangkan untuk Sapu Angin 5 mencapai 80 %. Namun bukan berarti Sapu Angin 5 kalah start dalam persiapan. ''Karena simple dan ringan, maka teman-teman mau menambah inovasi lagi. Soalnya penataann mobil lebih mudah dari dua mobil lainnya,'' jelas Nurdin.
Dukung di Facebook
Tim sapu angin juga mengharapkan dukungan dari sivitas akademika ITS melalui media jejaring sosial. Di perlombaan SEM tahun ini, Shell sebagi penyelenggara memberikan kesempatan bagi pendukung untuk mendukung lewat Facebook. ''Dalam lomba ini ada penghargaan yang diberikan karena banyaknya voting,'' ujar Buda.Tahun lalu yang memenangkan kategori ini adalah ITB.
Buda berharap tahun ini ITS mampu menyabet gelar di kategori ini. Caranya mudah, kunjungi situs http://www.shell.com/home/content/ecomarathon/asia/for_participants/meet_the_teams/. Kemudian pilih mobil Sapu Angin yang disuka. Lalu akan diteruskan ke facebook. ''Karena kita tiga tim, harapannya suara yang masuk bisa terpusat,'' pungkas Buda. (nir/yud)
Mobil Sapu Angin 3 merupakan revolusi dari Sapu Angin 2 yang sebelumnya diikutkan dalam perlombaan yang sama pada tahun 2010 lalu. Namun ada penataan ulang tentang desain dan improvement ulang pada mesin. Sapu angin 3 ini berbobot 100 kg tanpa driver dengan warna merah putih.
Jika Sapu Angin 2 mampu menempuh jarak 238 km/liternya, maka Sapu Angin 3 ini diharapkan mampu menempuh jarak 300 km/jam. Salah satu yang menyebabkan perbedaan jarak ini adalah perubahan dari sistem bahan bakar berkarburator menjadi menggunakan injeksi. ''Kalau di Sapu Angin 2 ada Paijo Experiment (PEX) sebagai mesin, kali ini kami membuat alat yang mengontrol sistem injeksi. Namanya IQU-TECH. Gampangnya dibaca iki uteke (ini otaknya, Red),'' ungkap Eko sambil setengah tertawa.
Sapu Angin 4 konstruksinya hampir mirip dengan Sapu Angin 3. Bobot bersihnya juga 100 kg. ''Hanya beda warna dan ada hidungnya saja,'' terang mahasiswa angkatan 2007 tersbut. Mobil ini merupakan satu-satunya mobil dari Indonesia yang menggunakan mesin diesel. Peserta lain yang bersala dari Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gajah Mada (UGM), dan Politeknik Negeri Pontianak, semuanya menggunakan mesin bensin. Eko menyebutkan dengan menggunakan mesin diesel, diharapkan power yang dihasilkan lebih besar.
Kemudian yang terakhir adalah Mobil Sapu Angin 5. Berbeda dengan kedua mobil sebelumnya yang masuk dalam kategori Urban Concet (City Car), Sapu Angin 5 ini diikutkan kategori prototype. Bentuknya pun lebih kecil dan futuristic. ''Yang menjadi kebanggaan kami di mobil ini adalah PEX 02 dan iki utekke,'' jelas Eko yang tahun lalu juga ikut Shell Eco Maraton.
Di perlombaan sebelumnya, tim sapu angin hanya menggunakan PEX 01 memakai 1 busi. Sedangkan di mesin terbaru, Paijo Experiment (PEX) telah dikembangkan menjadi PEX 2 yang memiliki dua busi dalam satu silinder. Selain itu, bobot sapu angin 5 ini termasuk yang paling ringan bila dibandingkan dengan mobil sapu angin lainnya. Bobotnya hanya 45 kg saja, tanpa driver. Dengan bobotnya yang ringan tersebut, sapu angin 5 pun optimis dapat menempuh jarak 1500 km/ liter.
Secara keseluruhan, Eko, Buda, dan Nurdin menyebutkan bahwa persiapan Sapu Angin 3 dan 4 sudah mencapai 90 %. Sedangkan untuk Sapu Angin 5 mencapai 80 %. Namun bukan berarti Sapu Angin 5 kalah start dalam persiapan. ''Karena simple dan ringan, maka teman-teman mau menambah inovasi lagi. Soalnya penataann mobil lebih mudah dari dua mobil lainnya,'' jelas Nurdin.
Dukung di Facebook
Tim sapu angin juga mengharapkan dukungan dari sivitas akademika ITS melalui media jejaring sosial. Di perlombaan SEM tahun ini, Shell sebagi penyelenggara memberikan kesempatan bagi pendukung untuk mendukung lewat Facebook. ''Dalam lomba ini ada penghargaan yang diberikan karena banyaknya voting,'' ujar Buda.Tahun lalu yang memenangkan kategori ini adalah ITB.
Buda berharap tahun ini ITS mampu menyabet gelar di kategori ini. Caranya mudah, kunjungi situs http://www.shell.com/home/content/ecomarathon/asia/for_participants/meet_the_teams/. Kemudian pilih mobil Sapu Angin yang disuka. Lalu akan diteruskan ke facebook. ''Karena kita tiga tim, harapannya suara yang masuk bisa terpusat,'' pungkas Buda. (nir/yud)
(Sumber)
0 comments:
Posting Komentar