Rabu (30/3), tim Mesin ITS melakukan launching mobil Sapu Angin terbaru. Tiga mobil sekaligus dipersiapkan untuk diikutkan dalam kompetisi Shell Echo Marathon (SEM) Asia 2011 di sirkuit Sepang, Malaysia pada 6-9 Juli mendatang.
Gedung Robotika, ITS Online - Tiga jenis mobil ini dinamai Mobil Sapu Angin 1, 2, dan 3. Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak dari seluruh peserta dari Indonesia. Nama yang diusung juga sama persis dengan tahun lalu. Terlebih nama Sapu Angin sudah pernah meraih rekor dunia untuk kelas Urban kategori bahan bakar gasoline (bensin) pada SEM tahun lalu.
Dalam launching yang diadakan di gedung robotika, tampak hadir Wali Kota Surabaya Ir Tri Rismaharini MT, General Manager Shell Indonesia Budiman, Ketua Jurusan Teknik Mesin Prof Dr Ing Herman Sasongko, perwakilan pihak sponsor, tim Mesin ITS tahun lalu, dan sivitas akademika ITS lainnya.
Dalam sambutannya, Wali Kota Surabaya yang akrab disapa Risma ini berpesan agar jangan sampai desain mobil yang telah dibuat, malah justru diklaim oleh orang lain. "Apalagi mobil ini bisa menjadi alternatif angkutan massal karena irit bahan bakar," ungkap wali kota yang juga lulusan ITS ini.
Sementara itu, Prof Dr Ing Herman Sasongko sependapat dengan Risma bahwa tidak menutup kemungkinan mobil Sapu Angin bakal menjadi angkutan massal. "Karena konseo transportasi kota yang hemat sangat mungkin dilakukan," ujarnya.
Untuk mewujudkan hal itu, mobil irit yang sudah ada bisa segera dipatenkan. Terobosan ini diharapkan bisa membantu pemerintah kota untuk dalam permasalahan bahan bakar transportasi massal. "Biasanya kalau bemo 1 liter bisa menempuh 9 kilometer, kalau pakai teknik pada mobil Sapu Angin bisa mencapai 15 kilometer," tambahnya.
Dihubungi terpisah, Eko Hardianto, manager Tim ITS mengaku ada beberapa perbedaan desain dari konsep tahun kemarin. Secara keseluruhan, ketiga mobil Sapu Angin ini didesain memiliki titik berat dan kestabilan yang tinggi. "Jadi transmisi yang dihasilkan lebih tinggi dan torsinya lebih besar," jelasnya.
Secara terperinci, mobil Sapu Angin 1 akan diikutkan kelas prototype dengan bahan bakar gasoline. Yang berbeda, engine yang digunakan adalah Paijo Experiment 02 (pex-02). Sebelumnya dengan nama pex-01 menggunakan 40 cc sedangkan yang terbaru 80 cc. "Hasilnya torsi lebih tinggi dan lebih efisien karena irit bakar bahar," imbuh mahasiswa semester delapan ini.
Lewat Sapu Angin 2, tim ini juga mencoba kategori bahan bakar diesel yang tahun sebelumnya tidak turut berpartisipasi. Dari spesifikasi dimensi tidak jauh berbeda dengan model Sapu Angin 3. "Desainnya lebih aerodinamis karena langsung memblokkan angin dari arah depan," ujarnya.
Sedangkan Sapu Angin 3 adalah hasil modifikasi mobil Sapu Angin 2 tahun lalu yang berhasil meraih rekor dunia 1 liter bensin untuk 238 kilometer. "Bekas" mobil ini dimanfaatkan lagi karena keinginan mayoritas anggota tim. Sementara itu dari pihak panitia Shell pusat selaku penyelenggara tidak membatasi penggunaan mobil lama. "Mau diikutkan berapa kali pun tidak masalah," cetus pria asal Banyuwangi ini.
Dengan catatan prestasi tahun lalu, tim ini optimistis bisa melampaui raihan sebelumnya. Semua mobil ini digadang-gadang menjadi nomor satu di kelasnya. "Kalau terbaik se-Indonesia, pasti bisa," tandasnya penuh optimistis.
Pada Juli mendatang, tim ini akan beradu mobil dengan 121 tim dari 14 negara se-Asia untuk menjadi juara mobil teririt. Dari Indonesia akan diwakili oleh lima universitas yakni ITS, ITB, UI, UGM, dan Politeknik Negeri Pontianak. Tahun lalu, hanya ITS dan UI yang meraih gelar. Sementara ITS meraih rekor Asia sekaligus dunia dengan memborong dua gelar. (hoe/yud)
(Sumber)
Dalam launching yang diadakan di gedung robotika, tampak hadir Wali Kota Surabaya Ir Tri Rismaharini MT, General Manager Shell Indonesia Budiman, Ketua Jurusan Teknik Mesin Prof Dr Ing Herman Sasongko, perwakilan pihak sponsor, tim Mesin ITS tahun lalu, dan sivitas akademika ITS lainnya.
Dalam sambutannya, Wali Kota Surabaya yang akrab disapa Risma ini berpesan agar jangan sampai desain mobil yang telah dibuat, malah justru diklaim oleh orang lain. "Apalagi mobil ini bisa menjadi alternatif angkutan massal karena irit bahan bakar," ungkap wali kota yang juga lulusan ITS ini.
Sementara itu, Prof Dr Ing Herman Sasongko sependapat dengan Risma bahwa tidak menutup kemungkinan mobil Sapu Angin bakal menjadi angkutan massal. "Karena konseo transportasi kota yang hemat sangat mungkin dilakukan," ujarnya.
Untuk mewujudkan hal itu, mobil irit yang sudah ada bisa segera dipatenkan. Terobosan ini diharapkan bisa membantu pemerintah kota untuk dalam permasalahan bahan bakar transportasi massal. "Biasanya kalau bemo 1 liter bisa menempuh 9 kilometer, kalau pakai teknik pada mobil Sapu Angin bisa mencapai 15 kilometer," tambahnya.
Dihubungi terpisah, Eko Hardianto, manager Tim ITS mengaku ada beberapa perbedaan desain dari konsep tahun kemarin. Secara keseluruhan, ketiga mobil Sapu Angin ini didesain memiliki titik berat dan kestabilan yang tinggi. "Jadi transmisi yang dihasilkan lebih tinggi dan torsinya lebih besar," jelasnya.
Secara terperinci, mobil Sapu Angin 1 akan diikutkan kelas prototype dengan bahan bakar gasoline. Yang berbeda, engine yang digunakan adalah Paijo Experiment 02 (pex-02). Sebelumnya dengan nama pex-01 menggunakan 40 cc sedangkan yang terbaru 80 cc. "Hasilnya torsi lebih tinggi dan lebih efisien karena irit bakar bahar," imbuh mahasiswa semester delapan ini.
Lewat Sapu Angin 2, tim ini juga mencoba kategori bahan bakar diesel yang tahun sebelumnya tidak turut berpartisipasi. Dari spesifikasi dimensi tidak jauh berbeda dengan model Sapu Angin 3. "Desainnya lebih aerodinamis karena langsung memblokkan angin dari arah depan," ujarnya.
Sedangkan Sapu Angin 3 adalah hasil modifikasi mobil Sapu Angin 2 tahun lalu yang berhasil meraih rekor dunia 1 liter bensin untuk 238 kilometer. "Bekas" mobil ini dimanfaatkan lagi karena keinginan mayoritas anggota tim. Sementara itu dari pihak panitia Shell pusat selaku penyelenggara tidak membatasi penggunaan mobil lama. "Mau diikutkan berapa kali pun tidak masalah," cetus pria asal Banyuwangi ini.
Dengan catatan prestasi tahun lalu, tim ini optimistis bisa melampaui raihan sebelumnya. Semua mobil ini digadang-gadang menjadi nomor satu di kelasnya. "Kalau terbaik se-Indonesia, pasti bisa," tandasnya penuh optimistis.
Pada Juli mendatang, tim ini akan beradu mobil dengan 121 tim dari 14 negara se-Asia untuk menjadi juara mobil teririt. Dari Indonesia akan diwakili oleh lima universitas yakni ITS, ITB, UI, UGM, dan Politeknik Negeri Pontianak. Tahun lalu, hanya ITS dan UI yang meraih gelar. Sementara ITS meraih rekor Asia sekaligus dunia dengan memborong dua gelar. (hoe/yud)
(Sumber)
0 comments:
Posting Komentar