Akhir-akhir ini, dunia industri di Indonesia mengeluhkan akan kurangnya pasokan gas sebagai bahan utama dalam proses produksi. Kurangnya pasokan gas ini disebabkan atas terbatasnya ketersediaan gas alam, selain dengan melambungnya harga gas dan minyak bumi dunia menjadi kesulitan lain yang dihadapi dunia industri dalam melakukan produksi.
“Cadangan minyak bumi Indonesia hanya sebesar 4, 4 milliar barrel kemampuan produksi 300 juta barrel pertahun, sedangkan kebutuhan dalam negeri kita mencapai 500 juta barrel per tahun. Jadi setiap tahunnya Indonesia mengimpor 200 juta barrel untuk menutupi kekurangan pasokan dalam negeri”. Hal tersebut disampaikan oleh perekayasa dari Pusat Teknologi Industri Proses (PTIP) , M Yudi Wahyudi, dalam wawancaranya kemarin (03/03).
Dengan keadaan seperti itu, lanjut Yudi, tentunya Indonesia membutuhkan energi baru untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang berada dalam posisi negatif, yaitu kebutuhan lebih besar daripada kemampuan produksi. “Berangkat dari kondisi ini, PTIP melihat bahwa dengan menggunakan energi biomassa yang bahan bakunya sangat melimpah di Indonesia, dapat menjadi sebuah solusi”.
Biomassa dalam industri produksi energi merujuk pada bahan biologis yang hidup atau mati, yang digunakan sebagai sumber bahan bakar. Biomassa dapat pula meliputi limbah yang dapat dibakar, baik itu limbah organik maupun anorganik.
“Dari sekam padi saja, setelah melalui proses gasifikasi dapat dihasilkan sekitar 400 mmscfd (metric million standard cubic feet per day) natural gas, belum lagi dari limbah domestik yang mampu menghasilkan sekitar 1200 mmscfd. Jika itu terjadi, maka kebutuhan satu pabrik pupuk yang sebesar 40 mmscd akan terpenuhi, selain tentunya juga akan memenuhi kebutuhan industri-industri lainnya”, kata Yudi.
Dikesempatan yang sama, Joko Hanuranto, perekayasa dari PTIP, turut menyampaikan pendapatnya. “Teknologi yang kita coba kembangkan adalah gasification steam plasma, yakni dengan menggunakan uap air dan listrik. Kita masukan limbah kedalam tabung dengan kapasitas 100kg, kemudian dipanaskan dengan bantuan uap air dan listrik. Dalam hitungan detik kita sudah mendapatkan gas yang kita inginkan”, jelasnya.
Lebih jauh Joko mengatakan, selain bisa menghasilkan gas, alat ini juga dapat digunakan sebagai alternatif penyelesaian dalam persoalan sampah yang menumpuk di Jakarta, maupun dikota-kota lainnya yang mengalami persoalan serupa. “Jadi dengan alat ini, kita bisa mendapat gas sekaligus mengatasi permasalahan sampah. Atau jangan-jangan nantinya kita malah kekurangan sampah?”, candanya.
Baik Yudi dan Joko berharap dengan adanya alat ini, akan mampu mengatasi persoalan yang dihadapi oleh dunia industri, yang tentu saja akan berujung kepada peningkatan perekonomian Indonesia secara keseluruhan. (KYRA/humas)
(Sumber)
Bagikan
Biomassa dalam industri produksi energi merujuk pada bahan biologis yang hidup atau mati, yang digunakan sebagai sumber bahan bakar. Biomassa dapat pula meliputi limbah yang dapat dibakar, baik itu limbah organik maupun anorganik.
“Dari sekam padi saja, setelah melalui proses gasifikasi dapat dihasilkan sekitar 400 mmscfd (metric million standard cubic feet per day) natural gas, belum lagi dari limbah domestik yang mampu menghasilkan sekitar 1200 mmscfd. Jika itu terjadi, maka kebutuhan satu pabrik pupuk yang sebesar 40 mmscd akan terpenuhi, selain tentunya juga akan memenuhi kebutuhan industri-industri lainnya”, kata Yudi.
Dikesempatan yang sama, Joko Hanuranto, perekayasa dari PTIP, turut menyampaikan pendapatnya. “Teknologi yang kita coba kembangkan adalah gasification steam plasma, yakni dengan menggunakan uap air dan listrik. Kita masukan limbah kedalam tabung dengan kapasitas 100kg, kemudian dipanaskan dengan bantuan uap air dan listrik. Dalam hitungan detik kita sudah mendapatkan gas yang kita inginkan”, jelasnya.
Lebih jauh Joko mengatakan, selain bisa menghasilkan gas, alat ini juga dapat digunakan sebagai alternatif penyelesaian dalam persoalan sampah yang menumpuk di Jakarta, maupun dikota-kota lainnya yang mengalami persoalan serupa. “Jadi dengan alat ini, kita bisa mendapat gas sekaligus mengatasi permasalahan sampah. Atau jangan-jangan nantinya kita malah kekurangan sampah?”, candanya.
Baik Yudi dan Joko berharap dengan adanya alat ini, akan mampu mengatasi persoalan yang dihadapi oleh dunia industri, yang tentu saja akan berujung kepada peningkatan perekonomian Indonesia secara keseluruhan. (KYRA/humas)
(Sumber)
0 comments:
Posting Komentar