Ketersediaan energi yang kian menipis dan kebutuhan energi yang kian meningkat, menuntut dikembangkannya energi alternatif sebagai pengganti energi yang selama ini digunakan. Beberapa energi alternatif pengganti energi yang biasa digunakan sudah dikembangkan, salah satunya adalah pengembangan energi alternatif berbahan bakar hidrogen.
“Sesuai dengan perannya, Pusat Teknologi Material (PTM) BPPT mengembangkan energi alternatif untuk mengatasi problem kelistrikan yang sekarang dihadapi Indonesia, bahkan untuk pengganti bahan bakar minyak yang telah lama kita gunakan”, tutur Eniya Listiani Dewi dari PTM diruang kerjanya, kemarin (22/2).
Hidrogen, menurut Dewi, adalah state of the art dari teknologi di dunia saat ini. Terutama di negara-negara maju, mereka sudah mengaplikasikan teknologi ini untuk otomotif dan perumahan. “Hampir semua perusahaan otomotif besar, mulai mengeluarkan mobil berbahan bakar hidrogen. Bahkan di Jepang, kawasan perumahan sudah menerapkan aplikasi ini untuk menghasilkan listrik bagi setiap rumah”, ungkapnya.
Hidrogen ini adalah energi sekunder yang dihasilkan dari energi natural seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam. Selain itu, hidrogen juga bisa dihasilkan melalui pengolahan gas methanol dan limbah sampah organik yang menghasilkan gas metan.
“Bersama tim, kita telah menghasilkan beberapa modul hidrogen dalam bentuk fuelcell mulai dari kapasitas 5 watt sampai 1kilowatt. Kita memilih dalam bentuk fuellcell karena bentuknya yang compact seperti bentuk aki pada umumnya, selain juga tidak menimbulkan suara yang bising”, lanjut Dewi.
Pada kesempatan yang sama, Lies Wisodjodharmo Program Manager Kegiatan Pengembangan Teknologi Fuelcell BPPT mengatakan bahwa timnya juga telah mengaplikasikan fuell cell ini pada motor dengan kapasitas 500 watt. Hasil dari tes didapatkan bahwa I liter gas hidrogen dapat menempuh perjalanan sejauh 1 km. Bila dibandingkan dengan motor yang berbahan bakar biasa, penggunaan hidrogen ini jauh lebih efisien dari segi biaya per kilo yang dikeluarkan.
“Sebenarnya natural gas seperti LPG dan LNG, sudah bisa mengurangi kadar karbondioksida yang dihasilkan hingga 57% dibandingkan dengan minyak bumi yang 100% menghasilkan karbondioksida. Namun dengan hidrogen, kadar yang dkeluarkan bisa mereduksi hingga 78%. Hal ini menunjukan bahwa hidrogen ini sangat ramah lingkungan”, tutur Lies.
Dewi menambahkan, dalam agenda road map research, pada tahun 2025 nanti Indonesia mentargetkan akan memasang 250 megawatt energi mix atau energi baru terbarukan. “Pada saat itu, Indonesia akan membutuhkan hidrogen sebanyak 3,6 juta m3 per hari. Hal tersebut perlu didukung dengan kesiapan infrastruktur, karena fuelcell ini sangat tergantung pada sumber hidrogen sebagai bahan baku lokal, sehingga kita tidak tergantung pada produk impor”. (KYRA/humas*)
(Sumber)
Bagikan
“Bersama tim, kita telah menghasilkan beberapa modul hidrogen dalam bentuk fuelcell mulai dari kapasitas 5 watt sampai 1kilowatt. Kita memilih dalam bentuk fuellcell karena bentuknya yang compact seperti bentuk aki pada umumnya, selain juga tidak menimbulkan suara yang bising”, lanjut Dewi.
Pada kesempatan yang sama, Lies Wisodjodharmo Program Manager Kegiatan Pengembangan Teknologi Fuelcell BPPT mengatakan bahwa timnya juga telah mengaplikasikan fuell cell ini pada motor dengan kapasitas 500 watt. Hasil dari tes didapatkan bahwa I liter gas hidrogen dapat menempuh perjalanan sejauh 1 km. Bila dibandingkan dengan motor yang berbahan bakar biasa, penggunaan hidrogen ini jauh lebih efisien dari segi biaya per kilo yang dikeluarkan.
“Sebenarnya natural gas seperti LPG dan LNG, sudah bisa mengurangi kadar karbondioksida yang dihasilkan hingga 57% dibandingkan dengan minyak bumi yang 100% menghasilkan karbondioksida. Namun dengan hidrogen, kadar yang dkeluarkan bisa mereduksi hingga 78%. Hal ini menunjukan bahwa hidrogen ini sangat ramah lingkungan”, tutur Lies.
Dewi menambahkan, dalam agenda road map research, pada tahun 2025 nanti Indonesia mentargetkan akan memasang 250 megawatt energi mix atau energi baru terbarukan. “Pada saat itu, Indonesia akan membutuhkan hidrogen sebanyak 3,6 juta m3 per hari. Hal tersebut perlu didukung dengan kesiapan infrastruktur, karena fuelcell ini sangat tergantung pada sumber hidrogen sebagai bahan baku lokal, sehingga kita tidak tergantung pada produk impor”. (KYRA/humas*)
(Sumber)
0 comments:
Posting Komentar